Hi! Kali
ini aku bakal update PR hari ke-4. Aku sempatkan buat nulis di sela-sela jeda
nge-MC Rakernas. Dan aku bela-belain kirim malemnya mepet jam 12 malem teng
padahal besok masih harus lanjut lagi. Malemnya aku agak risau, sedikit nggak
enak, ngerasa ada yang belum beres aja gitu jadi tidurnya nggak tenang.
Ternyata bener! Sempat terjadi kebodohan karena aku kirim email-nya malah ke
email aku sendiri, bukan ke email tim penilai. Huhuhu. Udah chat ke PIC nya
sih, dimaafkan tapi nggak dapet feedback. Sedih sih, tapi gapapa! Coba kalian
aja yang nilai ya, guys!
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Investasi merupakan
kegiatan penanaman aset atau dana yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi.
Bagi beberapa orang yang belum pernah mencoba, investasi identik dengan
kebohongan dan tidak balik modal. Namun bagi yang sudah lama melibatkan diri
dalam kegiatan berinvestasi tentunya tidak asing lagi dengan istilah aktiva,
laba bersih, maupun EBITDA. Investasi secara tidak sengaja menyasar pada segmen
usia produktif (>25 tahun) pada kelas menengah ke atas. Kalangan “orang
bawah” masih belum merasa membutuhkan karena sugesti dari diri mereka sendiri,
seperti takut bangkrut atau stress. Beberapa gen Y dan gen Z di angkatan saya
pun masih belum berani mengalokasikan dananya karena takut kehilangan. Padahal
jika tahu bagaimana cara berinvestasi dengan benar, maka nikmat di masa depan
lah yang akan kita rasakan.
Dalam berinvestasi,
tentunya akan ada risiko yang dialami. Namun hal tersebut bukan merupakan
sesuatu yang pasti terjadi dan bisa dihindari atau diminimalisir. Sebagai
pemula, kita perlu mengenali dan memahami profil risiko investasi agar profit
bisa tercapai. Perlu diketahui juga bahwa prinsip dalam investasi adalah low
risk low return and vice versa. Artinya semakin rendah risiko dari investasi
maka banyaknya uang kita yang kembali juga semakin rendah. Sebaliknya jika
investasi tersebut memiliki risiko yang tinggi maka biasanya keuntungan yang
kita dapatkan akan semakin besar. Menurut saya pribadi, yang tergolong
investasi dengan risiko rendah adalah reksadana, deposito, dan emas. Sementara
yang tergolong risiko tinggi salah satunya adalah investasi dalam bentuk saham
dan peer to peer landing. Lalu yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah “what
kind of first investment I should make?” Dari berbagai sumber yang saya baca,
salah satunya dari Kak Ika Natassa -seorang banker di salah satu bank BUMN-,
beliau mengatakan bahwa kita perlu memahami kondisi keuangan terlebih dahulu
sebelum memilihi mana jenis investasi yang tepat. Kondisi keuangan tersebut
mengacu pada berapa jumlah saldo tabungan yang bisa kita alokasikan untuk
investasi, dalam hal ini saya sebut dengan “uang selo”.
Beliau membuat 4 opsi
pilihan yaitu <5 juta. 5-10 juta, 10-50 juta, dan >50 juta. Dimana untuk
alokasi <5 juta dapat memilih reksadana sebagai pilihan investasi. Kenapa
reksadana? Karena investasi ini termasuk low risk tetapi memiliki return yang
lumayan tinggi ketimbang deposito. Bagi yang mempunyai alokasi 5-10 juta dapat
memilih jenis investasi reksana dan memulai untuk mencicil emas batangan.
Investasi emas baik dalam menjaga mata uang rupiah dan juga dapat digunakan
untuk “pegangan” jangka panjang. Kemudian untuk yang memiliki tabungan 10-50
juta bisa mengkombinasikan investasi antara emas, reksadana, hingga deposito.
Deposito yang disarankan oleh Kak Ika Natassa adalah dengan Automatic Roll Over
(ARO) Nominal Bunga dimana deposito akan diperpanjang secara otomatis setiap
bulan dengan bunga yang secara langsung ditambahkan ke pokok. Sementara untuk
alokasi investasi >50 juta boleh mulai mencoba untuk mencicil mobil pertama
ataupun mencicil rumah yang murah.
Saya pribadi belum
genap setahun dalam memulai investasi. Namun saat membaca buku berjudul Happy
Investing karya Jhon Veter dengan pengantar Doerachman, pada tabel perencanaan
investasi di halaman 5 dijelaskan bahwa saat berusia 26 tahun kita harus
mempunya investasi minimal sebesar dua puluh lima juta rupiah. Waktu itu usia
saya 22 tahun dan pertanyaan “kira-kira bisa tidak ya saya mengumpulkan nominal
sebanyak itu sementara saya masih kuliah profesi dan belum mempunyai
penghasilan tetap” selalu bergejolak di pikiran. Alhamdulillah tepat pada usia
23 tahun lebih 6 bulan, 1 bulan setelah saya lulus dari Program Studi Profesi
Apoteker, saya langsung diterima di salah satu perusahaan farmasi BUMN. Karena
rejeki tersebutlah saya semakin yakin mimpi saya mengumpulkan nominal dalam
buku itu bisa tercapai.
Dimulai dari melakukan
“Saving 50 Salary” seperti yang telah saya jelaskan pada cerita hari pertama
dan alhamdulillah sampai detik ini sudah terkumpul nominal yang melebihi
target, saya mencoba memberanikan diri untuk memulai investasi dari membuka
deposito. Deposito saya buka di salah satu bank swasta dengan termin satu
bulan. Selama kurang lebih delapan bulan, return deposito yang didapatkan
memang tidak terlalu besar bahkan dibilang sangat sedikit. Namun saya
menetapkan prinsip bahwa setiap bulan saat deposito saya kembali ke rekening
utama maka saya harus membukanya kembali dan menambahkan sejumlah nominal
tertentu, yang kemudian akan dikunci selama satu bulan kedepan. Apa yang saya
lakukan tersebut juga mengacu pada buku Happy Investing dimana setiap tahunnya
para investor muda harus dapat menyisihkan minimal lima juta rupiah untuk
investasi di tahun tersebut. Selain deposito, saya juga sedikit demik sedikit
mengumpulkan uang per bulan untuk membeli logam mulia. Hal tersebut saya
lakukan karena merasa kurang pas jika harus menyicil, alhasil saya lebih
memilih untuk menyimpan uang saya hingga saatnya nanti cukup baru akan saya
belikan logam mulia.
Saya ingat waktu itu
Kak Ika Natassa sempat mengatakan bahwa kita harus mempunya tabungan sebesar
satu tahun biaya hidup, untuk itu agar profit dari investasi semakin meningkat,
saya mencoba untuk belajar trading
saham. Belum terlalu besar modal rupiah yang saya pasang hingga saat ini,
tetapi modal keberanian sudah saya kumpulkan sejak pertama kali mendaftar akun
sekuritas. Keberanian untuk tidak takut pada rugi dan keberanian untuk selalu
belajar investasi. Meskipun ada kata terlambat untuk menstruasi, tidak akan
pernah ada kata terlambat untuk investasi. Mari berkomitmen untuk melakukan
investasi demi nikmat di masa depan nanti.
No comments:
Post a Comment