Pages

August 14, 2018

Investasi Sejak Dini? Siapa Takut!

Hi! Kali ini aku bakal update PR hari ke-4. Aku sempatkan buat nulis di sela-sela jeda nge-MC Rakernas. Dan aku bela-belain kirim malemnya mepet jam 12 malem teng padahal besok masih harus lanjut lagi. Malemnya aku agak risau, sedikit nggak enak, ngerasa ada yang belum beres aja gitu jadi tidurnya nggak tenang. Ternyata bener! Sempat terjadi kebodohan karena aku kirim email-nya malah ke email aku sendiri, bukan ke email tim penilai. Huhuhu. Udah chat ke PIC nya sih, dimaafkan tapi nggak dapet feedback. Sedih sih, tapi gapapa! Coba kalian aja yang nilai ya, guys!

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Investasi merupakan kegiatan penanaman aset atau dana yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Bagi beberapa orang yang belum pernah mencoba, investasi identik dengan kebohongan dan tidak balik modal. Namun bagi yang sudah lama melibatkan diri dalam kegiatan berinvestasi tentunya tidak asing lagi dengan istilah aktiva, laba bersih, maupun EBITDA. Investasi secara tidak sengaja menyasar pada segmen usia produktif (>25 tahun) pada kelas menengah ke atas. Kalangan “orang bawah” masih belum merasa membutuhkan karena sugesti dari diri mereka sendiri, seperti takut bangkrut atau stress. Beberapa gen Y dan gen Z di angkatan saya pun masih belum berani mengalokasikan dananya karena takut kehilangan. Padahal jika tahu bagaimana cara berinvestasi dengan benar, maka nikmat di masa depan lah yang akan kita rasakan.
Dalam berinvestasi, tentunya akan ada risiko yang dialami. Namun hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan bisa dihindari atau diminimalisir. Sebagai pemula, kita perlu mengenali dan memahami profil risiko investasi agar profit bisa tercapai. Perlu diketahui juga bahwa prinsip dalam investasi adalah low risk low return and vice versa. Artinya semakin rendah risiko dari investasi maka banyaknya uang kita yang kembali juga semakin rendah. Sebaliknya jika investasi tersebut memiliki risiko yang tinggi maka biasanya keuntungan yang kita dapatkan akan semakin besar. Menurut saya pribadi, yang tergolong investasi dengan risiko rendah adalah reksadana, deposito, dan emas. Sementara yang tergolong risiko tinggi salah satunya adalah investasi dalam bentuk saham dan peer to peer landing. Lalu yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah “what kind of first investment I should make?” Dari berbagai sumber yang saya baca, salah satunya dari Kak Ika Natassa -seorang banker di salah satu bank BUMN-, beliau mengatakan bahwa kita perlu memahami kondisi keuangan terlebih dahulu sebelum memilihi mana jenis investasi yang tepat. Kondisi keuangan tersebut mengacu pada berapa jumlah saldo tabungan yang bisa kita alokasikan untuk investasi, dalam hal ini saya sebut dengan “uang selo”.
Beliau membuat 4 opsi pilihan yaitu <5 juta. 5-10 juta, 10-50 juta, dan >50 juta. Dimana untuk alokasi <5 juta dapat memilih reksadana sebagai pilihan investasi. Kenapa reksadana? Karena investasi ini termasuk low risk tetapi memiliki return yang lumayan tinggi ketimbang deposito. Bagi yang mempunyai alokasi 5-10 juta dapat memilih jenis investasi reksana dan memulai untuk mencicil emas batangan. Investasi emas baik dalam menjaga mata uang rupiah dan juga dapat digunakan untuk “pegangan” jangka panjang. Kemudian untuk yang memiliki tabungan 10-50 juta bisa mengkombinasikan investasi antara emas, reksadana, hingga deposito. Deposito yang disarankan oleh Kak Ika Natassa adalah dengan Automatic Roll Over (ARO) Nominal Bunga dimana deposito akan diperpanjang secara otomatis setiap bulan dengan bunga yang secara langsung ditambahkan ke pokok. Sementara untuk alokasi investasi >50 juta boleh mulai mencoba untuk mencicil mobil pertama ataupun mencicil rumah yang murah.
Saya pribadi belum genap setahun dalam memulai investasi. Namun saat membaca buku berjudul Happy Investing karya Jhon Veter dengan pengantar Doerachman, pada tabel perencanaan investasi di halaman 5 dijelaskan bahwa saat berusia 26 tahun kita harus mempunya investasi minimal sebesar dua puluh lima juta rupiah. Waktu itu usia saya 22 tahun dan pertanyaan “kira-kira bisa tidak ya saya mengumpulkan nominal sebanyak itu sementara saya masih kuliah profesi dan belum mempunyai penghasilan tetap” selalu bergejolak di pikiran. Alhamdulillah tepat pada usia 23 tahun lebih 6 bulan, 1 bulan setelah saya lulus dari Program Studi Profesi Apoteker, saya langsung diterima di salah satu perusahaan farmasi BUMN. Karena rejeki tersebutlah saya semakin yakin mimpi saya mengumpulkan nominal dalam buku itu bisa tercapai.
Dimulai dari melakukan “Saving 50 Salary” seperti yang telah saya jelaskan pada cerita hari pertama dan alhamdulillah sampai detik ini sudah terkumpul nominal yang melebihi target, saya mencoba memberanikan diri untuk memulai investasi dari membuka deposito. Deposito saya buka di salah satu bank swasta dengan termin satu bulan. Selama kurang lebih delapan bulan, return deposito yang didapatkan memang tidak terlalu besar bahkan dibilang sangat sedikit. Namun saya menetapkan prinsip bahwa setiap bulan saat deposito saya kembali ke rekening utama maka saya harus membukanya kembali dan menambahkan sejumlah nominal tertentu, yang kemudian akan dikunci selama satu bulan kedepan. Apa yang saya lakukan tersebut juga mengacu pada buku Happy Investing dimana setiap tahunnya para investor muda harus dapat menyisihkan minimal lima juta rupiah untuk investasi di tahun tersebut. Selain deposito, saya juga sedikit demik sedikit mengumpulkan uang per bulan untuk membeli logam mulia. Hal tersebut saya lakukan karena merasa kurang pas jika harus menyicil, alhasil saya lebih memilih untuk menyimpan uang saya hingga saatnya nanti cukup baru akan saya belikan logam mulia.
Saya ingat waktu itu Kak Ika Natassa sempat mengatakan bahwa kita harus mempunya tabungan sebesar satu tahun biaya hidup, untuk itu agar profit dari investasi semakin meningkat, saya mencoba untuk belajar trading saham. Belum terlalu besar modal rupiah yang saya pasang hingga saat ini, tetapi modal keberanian sudah saya kumpulkan sejak pertama kali mendaftar akun sekuritas. Keberanian untuk tidak takut pada rugi dan keberanian untuk selalu belajar investasi. Meskipun ada kata terlambat untuk menstruasi, tidak akan pernah ada kata terlambat untuk investasi. Mari berkomitmen untuk melakukan investasi demi nikmat di masa depan nanti.

No comments:

Post a Comment