Hi! Untuk PR tulisan hari ke-5 aku nggak
post karena idenya sama persis seperti tulisan aku sewaktu mau bergabung
pertama kali di BEM KM UGM (padahal nggak sempet bikin baru karena full day
acara pemaparan TMO di rakernas dilanjut rakernas KFTD dan pake acara pindah
hotel segala). Terus tiba-tiba diubah jadi tema ICARE-nya maju. Jadi aku
mendadak banget bikin tulisan tentang budaya perusahaan itu. Untung boleh
ngacak. Aku pilih value Eco-Friendly dulu yang menurut aku lumayan mudah.
Feedback yang didapat sih sudah bagus, tapi benang merah kesimpulannya belum
begitu terlihat. Kalau menurut kalian gimana?
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Meningkatnya jumlah
pekerja dan mahasiswa di beberapa kota besar membuat kedai kopi semakin
menjamur di setiap sudutnya. Kedai kopi menyasar semua kalangan. Mulai dari
kaum millenials, gen Y, hingga gen X yang masih produktif untuk sekedar
mengerjakan tugas, mengadakan meeting dengan client, ataupun hanya sekedar
nongkrong bersama sahabat. Maraknya kedai kopi yang buka untuk memenuhi demand
yang ada tentunya seiring dengan tungginya penggunaan plastik untuk cup atau
sedotan. Para pekerja kopi tersebut mungkin tahu apa dampak yang akan terjadi
kedepannya dengan limbah plastik yang mereka gunakan, tapi berusaha membutakan
mata dan menulikan telinga karena mengikuti kebutuhan pasar. Padahal dampak
yang akan terjadi sangatlah buruk, salah satunya adalah menghambat pertumbuhan
akar tanaman dalam tanah dan peresapannya sehingga mengurangi jumlah mineral
yang masuk ke tanah. Tentunya sudah dapat dibayangkan apabila jumlah limbah
plastik yang tidak terbiodegrasi semakin bertambah tiap tahunnya maka akan
banyak sampah plastik menumpuk di masa mendatang.
Beberapa kedai kopi
menyiasati hal tersebut dengan mengeluarkan tumbler series khas kedai mereka. Dengan embel-embel nama kedai kopi yang
terpampang nyata di tumbler, mereka mengandalkan elektabilitas kedai untuk
merubah gaya hidup para peninum kopi. Siasat tersebut dilakukan agar masih ada
kebanggaan dari penikmat kopi langganan kedai itu. Selain itu juga agar
sampah-sampah cup bekas kopi tak lagi berserakan di area kedai mereka. Hal
tersebut juga sudah diikuti oleh industri food and beverage untuk menanggulangi
limbah plastik. Bahkan beberapa kedai kopi juga memberikan promo marketing bagi
para pecinta kopi jika membeli dengan menggunakan tumbler. Meskipun cara
tersebut belum efektif karena masih ada beberapa yang menggunakan cup saat
membeli kopi.
Ketika penggunaan cup
kopi sudah mulai diminimalisir, beberapa komunitas peduli lingkungan mulai
resah dan menyuarakan limbah plastik yang semakin bertambah karena penggunaan
sedotan plastik yang masih kerap digunakan. Pembelian kopi memang sudah
menggunakan tumbler, tetapi cara mereka menikmati kopinya tetap menggunakan
bahan berbahan plastik. Dengan begitu limbah plastik juga akan tetap bertambah
setiap tahunnya. Beberapa bulan yang lalu, saya dengar ada sebuah komunitas
peduli lingkungan menyuarakan untuk menggunakan sedotan dari kertas maupun
stainless steel. Penggunaan sedotan kertas masih menuai pro dan kontra karena
berasal dari alam (red: pepohonan), tetapi penggunaan sedotan berbahan dasar stainless saat ini tengah naik daun.
Beberapa selebgram juga ikut dalam aksi penggunaan sedotan dengan bahan
stainless. Namun, sedotan stainless tersebut saya lihat belum tersedia di
beberapa kedai kopi. Kemungkinan karena para pencinta kopi belum peka dan belum
merasa membutuhkannya.
Saya pribadi sudah
dibiasakan membawa tumbler ketika berpergian bahkan ke tempat kerja sekalipun. Saat
ini sedang belajar untuk rajin membawa sedotan stainless karena belum banyaknya online shop yang menjual beserta
tempat sedotannya, sehingga kalau dibawa akan kotor serta terkesan berantakan
di dalam tas. Tetapi bisa dibayangkan jika setiap orang membawa tumbler dan
sedotan stainless masing-masing, maka limbah plastik tidak akan terus menumpuk
setiap tahunnya. Para pekerja di kedai kopi juga tidak akan mengeluh ketika
para pembeli tidak membuang sampah cup kopi ketika selesai. Mari kita biasakan
agar alam tetap lestari di masa depan.
No comments:
Post a Comment