Pages

August 14, 2018

Apoteker Bisa Jadi Marketer (Tema ICARE: Responsible)



Sebagai lulusan dari Fakultas Farmasi yang mengambil program profesi, saya mendapatkan dua gelar sekaligus di belakang nama, yaitu Sarjana Farmasi dan Apoteker. Tidak pernah terbersit di pikiran saya dahulu untuk menjadi seorang tenaga kesehatan. Apoteker bukanlah sebuah profesi yang dicita-citakan. Banyak anak usia sekolah yang belum tahu apa itu apoteker, siapa orang dibalik pembuatan dan peracikan obat mereka, serta kesempatan bekerja dimana saja untuk lulusannya. Yang mereka mengerti, apoteker hanya sekedar orang yang berjaga di apotek saja.
Selama masa perkuliahan Profesi Apoteker, saya dan teman-teman seangkatan sudah mulai berpikir ingin bekerja dimana setelah lulus nanti. Apakah ingin mengabdi di rumah sakit, melakukan pelayanan di apotek, bekerja di perusahaan farmasi atau makanan, bahkan berkecimpung di pemerintahan seperti Kemenkes dan BPOM juga menjadi tawaran yang menarik. Banyak di angkatan saya yang memilih untuk bekerja di perusahaan farmasi. Selain karena salary yang cukup tinggi, pilihan perusahaan farmasi pun terbilang cukup banyak. Apoteker muda dapat memilih apakah dia akan bekerja di industri BUMN, PMDN, atau PMA. Saya pribadi sempat mencoba mengikuti berbagai macam tes di perusahaan farmasi sebelum akhirnya memilih Kimia Farma. Untuk posisi yang ditawarkan pun berbeda-beda. Ada yang sebagai purchasing executive, regulatory officer, quality control, quality assurance, production, atau supply chain. Tentunya saat mendaftar, saya masih sangat awam akan job description dari masing-masing posisi. Saya dulu hanya mengerti bahwa kesempatan bekerja seorang farmasi hanya 3, yaitu produksi yang bertanggungjawab dalam pembuatan obat, quality control yang bertanggungjawab dalam pengawasan obat, dan quaility assurance yang bertanggungjawab dalam pemastian mutu obat.
Setelah yakin masuk di perusahaan BUMN farmasi, saya memutar otak bagaimana agar tetap bisa jalan-jalan ke luar kota tetapi tidak perlu jauh dari ibu kota. Karena bagi saya jauh dari rumah di Yogyakarta sudah cukup membuat gundah gulana, saya tidak ingin jauh juga dari ibu kota yang mana di sini banyak saudara. Beruntung sebelum benar-benar bekerja secara total, program management trainee di Kimia Farma memfasilitasi karyawannya untuk mengenal lebih dalam apa saja posisi yang akan ditawarkan. Pilihan saya jatuh pada posisi marketing, supply chain, dan pengembangan bisnis. Ketiganya merupakan posisi baru bagi saya dan sempat terkejut karena apoteker ternyata mempunyai kapabilitas juga untuk bekerja di bidang tersebut. Di Kimia Farma, pengembangan bisnis bertanggungjawab akan inovasi apa saja yang akan dibuat untuk meningkatkan revenue perusahaan. Sedangkan supply chain bertanggungjawab atas pengendalian barang mulai dari pemesanan hingga menjadi barang jadi yang akan dikirim ke gudang. Sementara marketing bertanggungjawab atas segmenting, targeting, dan positioning serta pengembangan dari produk yang akan kita pegang.
Marketing merupakan hal yang paling baru untuk saya, dan karena suka tantangan maka ketika wawancara berlangsung saya mantap memilih posisi marketing. Alhamdulillah saat ini jabatan saya adalah product executive marketing obat generik dan produk khusus untuk Plant Medan dan Plant Watudakon. Tanggungjawab yang dipikul untuk ukuran product executive baru terbilang cukup membuat saya tidak bisa pulang tepat waktu setiap harinya. Bukan, bukan karena pekerjaan yang belum selesai, melainkan karena saya memanfaatkan kesempatan untuk belajar lebih dengan para product manager.
Keseharian saya disupervisi oleh salah satu product manager yang memegang Plant Jakarta dan diajari dengan telaten oleh product manager yang memegang Proyek Pusat. Saya bertanggungjawab langsung kepada Group Product Manager (GPM) dan juga Marketing Manager dalam pembuatan program ataupun forecast RKAP. Kegiatan marketing yang masih menjadi PR terbesar saya saat ini adalah bagaimana membranding sebuah brand obat generik. Merupakan keasyikan sendiri bagi saya karena di divisi marketing benar-benar bertemu dan sharing ilmu dengan banyak orang dari berbagai divisi.
Beban tanggungjawab yang saya miliki juga sebanding dengan fasilitas yang didapatkan sebagai seorang marketer. Profesi apoteker yang bekerja di bidang marketing ternyata tidak seperti dugaan saya sebelumnya, yaitu menjual obat secara langsung kepada end-user. Seorang apoteker di marketing akan membuat strategi pemasaran dari produk, dengan latar belakang klinis yang dimiliki maka konsep program tersebut pasti jauh lebih detail. Ternyata banyak sekali posisi menarik yang ditawarkan untuk seorang lulusan apoteker. Yang penting jangan minder dan tidak boleh kuper. Insya Allah apoteker bisa jadi seorang marketer.

No comments:

Post a Comment