Pages

August 14, 2018

Apoteker Bisa Jadi Marketer (Tema ICARE: Responsible)



Sebagai lulusan dari Fakultas Farmasi yang mengambil program profesi, saya mendapatkan dua gelar sekaligus di belakang nama, yaitu Sarjana Farmasi dan Apoteker. Tidak pernah terbersit di pikiran saya dahulu untuk menjadi seorang tenaga kesehatan. Apoteker bukanlah sebuah profesi yang dicita-citakan. Banyak anak usia sekolah yang belum tahu apa itu apoteker, siapa orang dibalik pembuatan dan peracikan obat mereka, serta kesempatan bekerja dimana saja untuk lulusannya. Yang mereka mengerti, apoteker hanya sekedar orang yang berjaga di apotek saja.
Selama masa perkuliahan Profesi Apoteker, saya dan teman-teman seangkatan sudah mulai berpikir ingin bekerja dimana setelah lulus nanti. Apakah ingin mengabdi di rumah sakit, melakukan pelayanan di apotek, bekerja di perusahaan farmasi atau makanan, bahkan berkecimpung di pemerintahan seperti Kemenkes dan BPOM juga menjadi tawaran yang menarik. Banyak di angkatan saya yang memilih untuk bekerja di perusahaan farmasi. Selain karena salary yang cukup tinggi, pilihan perusahaan farmasi pun terbilang cukup banyak. Apoteker muda dapat memilih apakah dia akan bekerja di industri BUMN, PMDN, atau PMA. Saya pribadi sempat mencoba mengikuti berbagai macam tes di perusahaan farmasi sebelum akhirnya memilih Kimia Farma. Untuk posisi yang ditawarkan pun berbeda-beda. Ada yang sebagai purchasing executive, regulatory officer, quality control, quality assurance, production, atau supply chain. Tentunya saat mendaftar, saya masih sangat awam akan job description dari masing-masing posisi. Saya dulu hanya mengerti bahwa kesempatan bekerja seorang farmasi hanya 3, yaitu produksi yang bertanggungjawab dalam pembuatan obat, quality control yang bertanggungjawab dalam pengawasan obat, dan quaility assurance yang bertanggungjawab dalam pemastian mutu obat.
Setelah yakin masuk di perusahaan BUMN farmasi, saya memutar otak bagaimana agar tetap bisa jalan-jalan ke luar kota tetapi tidak perlu jauh dari ibu kota. Karena bagi saya jauh dari rumah di Yogyakarta sudah cukup membuat gundah gulana, saya tidak ingin jauh juga dari ibu kota yang mana di sini banyak saudara. Beruntung sebelum benar-benar bekerja secara total, program management trainee di Kimia Farma memfasilitasi karyawannya untuk mengenal lebih dalam apa saja posisi yang akan ditawarkan. Pilihan saya jatuh pada posisi marketing, supply chain, dan pengembangan bisnis. Ketiganya merupakan posisi baru bagi saya dan sempat terkejut karena apoteker ternyata mempunyai kapabilitas juga untuk bekerja di bidang tersebut. Di Kimia Farma, pengembangan bisnis bertanggungjawab akan inovasi apa saja yang akan dibuat untuk meningkatkan revenue perusahaan. Sedangkan supply chain bertanggungjawab atas pengendalian barang mulai dari pemesanan hingga menjadi barang jadi yang akan dikirim ke gudang. Sementara marketing bertanggungjawab atas segmenting, targeting, dan positioning serta pengembangan dari produk yang akan kita pegang.
Marketing merupakan hal yang paling baru untuk saya, dan karena suka tantangan maka ketika wawancara berlangsung saya mantap memilih posisi marketing. Alhamdulillah saat ini jabatan saya adalah product executive marketing obat generik dan produk khusus untuk Plant Medan dan Plant Watudakon. Tanggungjawab yang dipikul untuk ukuran product executive baru terbilang cukup membuat saya tidak bisa pulang tepat waktu setiap harinya. Bukan, bukan karena pekerjaan yang belum selesai, melainkan karena saya memanfaatkan kesempatan untuk belajar lebih dengan para product manager.
Keseharian saya disupervisi oleh salah satu product manager yang memegang Plant Jakarta dan diajari dengan telaten oleh product manager yang memegang Proyek Pusat. Saya bertanggungjawab langsung kepada Group Product Manager (GPM) dan juga Marketing Manager dalam pembuatan program ataupun forecast RKAP. Kegiatan marketing yang masih menjadi PR terbesar saya saat ini adalah bagaimana membranding sebuah brand obat generik. Merupakan keasyikan sendiri bagi saya karena di divisi marketing benar-benar bertemu dan sharing ilmu dengan banyak orang dari berbagai divisi.
Beban tanggungjawab yang saya miliki juga sebanding dengan fasilitas yang didapatkan sebagai seorang marketer. Profesi apoteker yang bekerja di bidang marketing ternyata tidak seperti dugaan saya sebelumnya, yaitu menjual obat secara langsung kepada end-user. Seorang apoteker di marketing akan membuat strategi pemasaran dari produk, dengan latar belakang klinis yang dimiliki maka konsep program tersebut pasti jauh lebih detail. Ternyata banyak sekali posisi menarik yang ditawarkan untuk seorang lulusan apoteker. Yang penting jangan minder dan tidak boleh kuper. Insya Allah apoteker bisa jadi seorang marketer.

The True Meaning of Integrity (Teman ICARE: Accountable)


PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. merupakan salah satu perusahaan farmasi ternama yang terkenal dengan bisnis proses hulu ke hilirnya. Kimia Farma Group mempunyai unit bisnis mulai dari pembuatan bahan baku (PT. Sungwun Pharmacopeia), 5 pabrik farmasi bersertifikat CPOB, 47 cabang distribusi di seluruh Indonesia (PT. Kimia Farma Trading and Distribution), dan lebih dari 1000 outlet Apotek Kimia Farma berserta klinik diagnostika-nya. Didukung oleh kapasitas gudang yang cukup (National Distribution Center) dan kerjasama yang apik dari holding (red: kantor pusat), sinergitas Kimia Farma Group patut kita apresiasi. Kelengkapan fasilitas yang melahirkan produk-produk unggulan Kimia Farma tentunya tidak lepas dari jerih payah divisi Human Capital dalam mencari bibit unggul untuk mengelola kinerja perusahaan. Kimia Farma tak lagi menerapkan sistem Human Resource Management yang hanya berfungsi untuk mengembangkan dan menjamin kesejahteraan sumber daya manusianya (red: pekerja), melainkan sudah dirubah konsepnya menjadi Human Capital Management yang berfokus pada penambahan dan menciptakan value untuk pengembangan para pekerja.
Pekerja di Kimia Farma Group dianggap sebagai capital dan aset perusahaan karena kompetensi yang diharapkan adalah mampu mengedepankan pentingnya pengambilan data dan analisis guna mendapatkan arahan yang jelas untuk mengambil sebuah tindakan. Human Capital akan berfokus pada aktivitas untuk mempersiapkan masa depan dengan cara menanamkan pengetahuan atau kemampuan pada manusianya. Selain kapabilitas tersebut, ruh dasar yang tidak boleh tertinggal adalah integritas. Integritas berarti memegang teguh prinsip-prinsip kebaikan, konsisten pada kebenaran, dan selalu berlandaskan kejujuran. Hal tersebut menjadi sangat penting karena merupakan pondasi untuk melahirkan seorang pemimpin.
Setiap memimpin rapat kerja, jajaran direksi selalu mengingatkan akan pentingnya integritas. Mulai dari pengolahan data yang benar, pembuatan program yang efektif dan efisien, serta penyelesaian kegiatan tepat waktu. Direktur Utama Kimia Farma Group menekankan dengan sangat bahwa tidak ada kata tolerir untuk seorang korupsi, yang artinya bahwa nilai-nilai kejujuran sangat dijunjung tinggi oleh perusahaan. Integritas tidak hanya berhubungan dengan komponen material saja, tetapi komponen non material juga tidak kalah penting. Komponen material bersinggungan dengan pertanggungjawaban kita atas rupiah yang diterima dari perusahaan. Sedangkan komponen non material bersinggungan dengan sesuatu yang tidak bisa dilihat, biasanya merupakah sebuah keputusan yang melibatkan kejujuran.
Salah satu contoh integritas dari bisnis proses Kimia Farma Group adalah pada bagian quality control maupun quality assurance di pabrik obat ataupun pabrik bahan baku. Quality control dan quality assurance bertanggungjawab dalam hal pengawasan dan pemastian mutu obat, dimana obat yang akan dirilis tidak boleh ada cacat sedikitpun. Bagi kebanyakan orang, integritas diri kadang diuji justru ketika berada di lingkungan kantor. Aneka godaan siap membujuk untuk melakukan sesuatu yang menyimpang dan merugikan kepentingan umum demi kepentingan pribadi semata. Disini integritas mereka benar-benar diuji karena kalau tidak berpegang teguh pada prinsip tersebut bisa jadi mereka meloloskan obat yang tidak layak jual.
Dari beberapa artikel yang saya baca, orang dengan integritas mempunyai karakter yang kuat sehingga dalam setiap kehidupannya membawa nilai kebajikan. Sementara orang yang miskin integritas selalu mencari seribu satu cara untuk mengakali dan memanipulasi orang lain. Banyak yang mengatakan, integritas terdiri atas Ikrar, Niat, Tabiat, Emosional, Guna, Rasional, Ihsan, Taqwa, Amanah, dan Sabar. Yang artinya adalah kita sebagai manusia secara sadar melantunkan ikrar atau janji diiringi niat dari hati dan tabiat dari perilaku sebagai wujud ikhlas meningkatkan kedewasaan emosional agar memberi manfaat (red: guna) ke dalam pikiran yang rasional dengan berbuat baik (red: ihsan) sehingga memperoleh kebaikan duniawi berlandaskan ketaqwaan, perilaku amanah, dan sikap sabar.
Integritas merupakan kunci kesuksesan yang harus dipegang erat oleh seuruh insan Kimia Farma, sehingga komitmen harus dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Jangan lupa untuk selalu berpikir positif, menepati janji, bertanggungjawab, menghargai waktu, tidak mencla-mencle, bersikap jujur, dan berusaha memperbaiki kesalahan agar kita semua mengerti, memahami, dan dapat mengimplementasikan apa arti intergritas yang sebenarnya.

Senyum Sapa Salam, Senjata Ampuh Puaskan Pelanggan (Teman ICARE: Customer First)


Jika saya bertanya, apa yang paling menggambarkan Kimia Farma? Beberapa pasti menjawab apoteknya. Sebuah survey kecil yang saya lakukan di kalangan saudara dan keluarga tentang Kimia Farma pun berakhir dengan jawaban sama, yaitu pelayanan di apoteknya. Siapa yang tidak tahu Apotek Kimia Farma? Bangunan khas berwarna biru-oranye bertuliskan logo “Kimia Farma” itu menghiasi setiap sudut kota di seluruh pelosok Indonesia. Siapa yang tidak pernah ke Apotek Kimia Farma? Setiap orang pasti pernah -walau hanya sekali- berkunjung ke sana untuk sekedar menebus resep atau melakukan cek kesehatan. Ya, Apotek Kimia Farma masih menjadi leader dalam hal pelayanan apotek karena jumlah outlet yang tersebar mencapai angka 1000.
Apotek Kimia Farma mempunyai ciri khas yang mudah dikenali masyarakat umum. Selain warna baju seragam yang berganti setiap harinya, apotek ini selalu mengedepankan pelanggan sebagai bentuk pengabdian keprofesian para apoteker yang bertugas. Ciri lain Apotek Kimia Farma yang membuatnya tetap dikunjungi banyak orang di tengah maraknya bisnis franchise apotek adalah kelengkapan beserta kenyamanan yang diberikan. Apotek Kimia Farma memang terkenal dengan kelengkapan obatnya, meski beberapa mengatakan harganya sedikit mahal. Tetapi hal tersebut seiring dengan kenyamanan yang diberikan, seperti halnya ruang tunggu ber-AC, ruanga konsultasi yang bersih dan wangi serta fasilitas air minum untuk penunggu di beberapa apotek.
Selain kelengkapan dan kenyamanan, hal utama yang diunggulkan adalah keramahan para karyawan di Apotek Kimia Farma. Pertama kali datang ke Apotek Kimia Farma untuk membeli obat, kita akan langsung disambut oleh senyuman para karyawan, baik itu yang berada di kasir, yang sedang menata obat, ataupun beauty advisor (BA) dan sales promotion girl (SPG) dari berbagai macam produk. Mereka percaya bahwa keramahan yang ditunjukkan dengan senyum mampu membuat pelanggan senang. Dan jika pelanggan senang, maka probabilitas pembelian akan tinggi, efektivitas penjualan meningkat, dan omset pun akan melejit.
Setelah dijamu dengan senyuman keramahan oleh para karyawan Apotek Kimia Farma, kita juga akan disambut dengan sapaan “Selamat datang di Kimia Farma. Ada yang bisa kami bantu?” oleh karyawan yang memang bertugas greeting di bagian depan. Karyawan itu lah yang nantinya akan membantu dan melayani kita. Mereka akan menunjukkan area mana yang sesuai dengan kebutuhan kita. Namun kita juga boleh berkeliling apotek terlebih dahulu untuk melihat seluruh isi apotek yang telah diatur planogramnya sedemikian rupa sehingga tidak membingungkan. Fasilitas duratrans yang berada di bagian wall-island juga seakan menyapa kita untuk melihat dan bahkan membeli produk yang tidak kita butuhkan sebelumnya. Mereka menggunakan prinsip impuls buying yang dikemas seolah-olah produk tersebut menyapa dan menarik perhatian para pelanggan sehingga menyebabkan pelanggan tersebut mau membelinya. Saat sedang mengitari apotek sesuai dengan arah merchandising yang dibuat, para BA dan SPG pun akan menyapa pelanggan untuk sekedar memberi informasi tentang kegunaan produk yang mereka tawarkan.
Selanjutnya ketika telah selesai membeli produk yang diinginkan, kita akan kembali disapa oleh karyawan yang bertugas di bagian kasir. Terkadang jika mengantri, asisten kasir dengan ramahnya akan berkata “mohon tunggu sebentar” agar pelanggan tetap sabar dan tidak merasa bosan dalam menunggu. Dalam proses pembayaran pun kasir akan memastikan pembelian dan menanyakan kembali apakah barang yang kita beli memang telah sesuai. Sistem double check benar-benar mereka implementasikan karena sadar yang dijual adalah obat, dimana jika kesalahan tidak dapat ditolerir alias pelayanan harus zero fault. Bagian kasir juga akan menawarkan metode pembayaran yang paling mudah bagi pelanggan agar mereka merasa dilayani dengan maksimal. Setelah selesai, para karyawan akan memberikan nota sebagai tanda pembayaran telah lunas. Mereka berani menjamin jika pembayaran tanpa nota maka pembelanjaan akan gratis. Tidak lupa mereka mengatakan “terima kasih, semoga sehat selalu” diiringi dengan senyum, tangan kanan ditaruh pada dada kiri, dan kepala sedikit mengangguk. Hal tersebut dilakukan oleh para karyawan Apotek Kimia Farma dengan harapan pelanggan mau kembali ke apotek mereka karena telah dilayani dan bahkan pada akhir pembelian pelanggan merasa didoakan agar selalu sehat.
Senyum, sapa, dan salam merupakan senjata yang paling ampuh untuk memuaskan pelanggan, apalagi dalam pelayanan. Di kantor pusat Kimia Farma yang tidak bersinggungan langsung dengan pelanggan pun juga mengimplementasikan hal tersebut, salah satunya dilakukan oleh para satpam dan petugas kantin. Bagi karyawan yang tidak bekerja di bidang pelayanan, mengedepankan pelanggan bisa dalam hal memaksimalkan kualitas produk atau program. Customer first yang telah dipraktekkan di Apotek Kimia Farma hanya sebagai tolak ukur kesuksesan bahwa Kimia Farma Group benar-benar memuaskan pelanggannya. Untuk itu para karyawan Kimia Farma dimana pun berada, di bidang apa pun bekerja, harus bisa membawa prinsip kepuasan pelanggan adalah yang terdepan.

Agent of Change: Ujung Tombak Inovasi Perusahaan (Tema ICARE: Inovative)


Sebagai insan muda yang baru saja bergabung di sebuah perusahaan BUMN ternama, think out of the box adalah sebuah keharusan. Cara berpikir yang berbeda daripada lainnya ini dianggap mampu menghasilkan ide-ide brilian yang akan mendukung perkembangan perusahaan. Selain itu, berpikir diluar rutinitas yang biasa dilakukan biasanya akan menghasilkan kreativitas yang tanpa batas. Bahkan beberapa leader mengatakan think without the box, yang seolah-olah menyuruh untuk berimajinasi hingga langit ke tujuh.
Think out of the box sangat erat kaitannya dengan generasi millenials yang disebut-sebut sebagai generasi melek teknologi. Kaum muda yang baru saja memasuki dunia kerja itu memang sudah “dicekoki” oleh kemudahan teknologi, bahkan dari dimulainya masa perkuliahan. Namun kemampuan tersebut kadang belum dijalankan dengan maksimal karena kurang pekanya para kaum millenials akan visi misi perusahaan. Untuk itu, beberapa perusahaan yang dinamis membuat suatu perkumpulan yang dinamakan Agent of Change. Agent of Change merupakan sebuah kelompok atau individu yang mampu memengaruhi orang lain  atau organisasi dalam mengambil keputusan inovasi agar sesuai dengan harapan. Setiap tiupan angin segar perubahan untuk perusahaan tentunya memerlukan seorang pemandu yang akan menghubungkan antara sumber perubahan dengan target perubahan itu sendiri.
Agen perubahan pastinya akan turut andil dalam menginformasikan strategi perusahaan dan memberikan ide inovasinya agar tujuan dapat dicapai. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah membangun kesadaran bahwa kita perlu berubah. Hal paling mudah yang bisa dilakukan adalah menyadarkan target perubahan dengan memberikan alternatif sikap. Harapannya beberapa generasi Y atau bahkan baby bloomers semakin yakin bahwa perubahan yang dilakukan akan menyasar pada kebaikan perusahaan. Selain itu, membangun hubungan saling tukar informasi juga merupakan kewajiban seorang agen perubahan. Agen perubahan harus memiliki sikap empati dan dapat dipercaya sehingga orang-orang pun dapat terpengaruh oleh ajakannya untuk berinovasi.
Di Kimia Farma, Agent of Change tersebar di seluruh pelosok Indonesia dan setiap tahunnya diagendakan untuk bertemu guna membahas cara-cara jitu agar perusahaan semakin berkembang. Jajaran direksi yang memberikan respon positif terhadap agen perubahan pun turut serta dalam memberikan semangat agar semakin banyak ide-ide brilian yang tercetus. Latar belakang Agent of Change yang berbeda, mulai dari perwakilan pabrik, distribusi, hingga apotek, mampu membuat sinergitas sehingga inovasi yang dikeluarkan akan sambung menyambung dari hulu ke hilir untuk menguntungkan setiap entitas.
Kegiatan Agent of Change lebih menyasar kepada pengembangan individu dalam skala menyemangati mereka agar terus melakukan inovasi. Dapat dikatakan juga sebagai influencer yang akan terus memengaruhi teman-temannya dalam bekerja atau bahkan dalam hal mengabdi pada perusahaan. Selain itu, dari sisi pengembangan bisnisnya, Kimia Farma mempunyai kaki tangannya sendiri yang tergabung dalam divisi TMO atau Transformation Management Office. Divisi TMO mengelola transformasi perubahan apa saja yang yang berkaitan dengan teknologi akan dilakukan Kimia Farma, mulai dari distribusi, retail, hingga marketing dan sales.
Inovasi memang sangat penting demi kemajuan perusahaan di masa depan, namun peran serta Agent of Change untuk selalu think smart and think different juga tidak kalah penting. Sebuah perusahaan tidak akan bisa maju hanya karena jajaran direksinya memiliki kapabilitas yang baik, tetapi harus juga didukung oleh kompetensi sumber daya manusianya agar ide-ide cemerlang terus berdatangan.

Bring Your Tumbler, Use A Stainless Straw (Tema ICARE: Eco-Friendly)

Hi! Untuk PR tulisan hari ke-5 aku nggak post karena idenya sama persis seperti tulisan aku sewaktu mau bergabung pertama kali di BEM KM UGM (padahal nggak sempet bikin baru karena full day acara pemaparan TMO di rakernas dilanjut rakernas KFTD dan pake acara pindah hotel segala). Terus tiba-tiba diubah jadi tema ICARE-nya maju. Jadi aku mendadak banget bikin tulisan tentang budaya perusahaan itu. Untung boleh ngacak. Aku pilih value Eco-Friendly dulu yang menurut aku lumayan mudah. Feedback yang didapat sih sudah bagus, tapi benang merah kesimpulannya belum begitu terlihat. Kalau menurut kalian gimana?

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Meningkatnya jumlah pekerja dan mahasiswa di beberapa kota besar membuat kedai kopi semakin menjamur di setiap sudutnya. Kedai kopi menyasar semua kalangan. Mulai dari kaum millenials, gen Y, hingga gen X yang masih produktif untuk sekedar mengerjakan tugas, mengadakan meeting dengan client, ataupun hanya sekedar nongkrong bersama sahabat. Maraknya kedai kopi yang buka untuk memenuhi demand yang ada tentunya seiring dengan tungginya penggunaan plastik untuk cup atau sedotan. Para pekerja kopi tersebut mungkin tahu apa dampak yang akan terjadi kedepannya dengan limbah plastik yang mereka gunakan, tapi berusaha membutakan mata dan menulikan telinga karena mengikuti kebutuhan pasar. Padahal dampak yang akan terjadi sangatlah buruk, salah satunya adalah menghambat pertumbuhan akar tanaman dalam tanah dan peresapannya sehingga mengurangi jumlah mineral yang masuk ke tanah. Tentunya sudah dapat dibayangkan apabila jumlah limbah plastik yang tidak terbiodegrasi semakin bertambah tiap tahunnya maka akan banyak sampah plastik menumpuk di masa mendatang.
Beberapa kedai kopi menyiasati hal tersebut dengan mengeluarkan tumbler series khas kedai mereka. Dengan embel-embel nama kedai kopi yang terpampang nyata di tumbler, mereka mengandalkan elektabilitas kedai untuk merubah gaya hidup para peninum kopi. Siasat tersebut dilakukan agar masih ada kebanggaan dari penikmat kopi langganan kedai itu. Selain itu juga agar sampah-sampah cup bekas kopi tak lagi berserakan di area kedai mereka. Hal tersebut juga sudah diikuti oleh industri food and beverage untuk menanggulangi limbah plastik. Bahkan beberapa kedai kopi juga memberikan promo marketing bagi para pecinta kopi jika membeli dengan menggunakan tumbler. Meskipun cara tersebut belum efektif karena masih ada beberapa yang menggunakan cup saat membeli kopi.
Ketika penggunaan cup kopi sudah mulai diminimalisir, beberapa komunitas peduli lingkungan mulai resah dan menyuarakan limbah plastik yang semakin bertambah karena penggunaan sedotan plastik yang masih kerap digunakan. Pembelian kopi memang sudah menggunakan tumbler, tetapi cara mereka menikmati kopinya tetap menggunakan bahan berbahan plastik. Dengan begitu limbah plastik juga akan tetap bertambah setiap tahunnya. Beberapa bulan yang lalu, saya dengar ada sebuah komunitas peduli lingkungan menyuarakan untuk menggunakan sedotan dari kertas maupun stainless steel. Penggunaan sedotan kertas masih menuai pro dan kontra karena berasal dari alam (red: pepohonan), tetapi penggunaan sedotan berbahan dasar stainless saat ini tengah naik daun. Beberapa selebgram juga ikut dalam aksi penggunaan sedotan dengan bahan stainless. Namun, sedotan stainless tersebut saya lihat belum tersedia di beberapa kedai kopi. Kemungkinan karena para pencinta kopi belum peka dan belum merasa membutuhkannya.
Saya pribadi sudah dibiasakan membawa tumbler ketika berpergian bahkan ke tempat kerja sekalipun. Saat ini sedang belajar untuk rajin membawa sedotan stainless karena belum banyaknya online shop yang menjual beserta tempat sedotannya, sehingga kalau dibawa akan kotor serta terkesan berantakan di dalam tas. Tetapi bisa dibayangkan jika setiap orang membawa tumbler dan sedotan stainless masing-masing, maka limbah plastik tidak akan terus menumpuk setiap tahunnya. Para pekerja di kedai kopi juga tidak akan mengeluh ketika para pembeli tidak membuang sampah cup kopi ketika selesai. Mari kita biasakan agar alam tetap lestari di masa depan.

Investasi Sejak Dini? Siapa Takut!

Hi! Kali ini aku bakal update PR hari ke-4. Aku sempatkan buat nulis di sela-sela jeda nge-MC Rakernas. Dan aku bela-belain kirim malemnya mepet jam 12 malem teng padahal besok masih harus lanjut lagi. Malemnya aku agak risau, sedikit nggak enak, ngerasa ada yang belum beres aja gitu jadi tidurnya nggak tenang. Ternyata bener! Sempat terjadi kebodohan karena aku kirim email-nya malah ke email aku sendiri, bukan ke email tim penilai. Huhuhu. Udah chat ke PIC nya sih, dimaafkan tapi nggak dapet feedback. Sedih sih, tapi gapapa! Coba kalian aja yang nilai ya, guys!

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Investasi merupakan kegiatan penanaman aset atau dana yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Bagi beberapa orang yang belum pernah mencoba, investasi identik dengan kebohongan dan tidak balik modal. Namun bagi yang sudah lama melibatkan diri dalam kegiatan berinvestasi tentunya tidak asing lagi dengan istilah aktiva, laba bersih, maupun EBITDA. Investasi secara tidak sengaja menyasar pada segmen usia produktif (>25 tahun) pada kelas menengah ke atas. Kalangan “orang bawah” masih belum merasa membutuhkan karena sugesti dari diri mereka sendiri, seperti takut bangkrut atau stress. Beberapa gen Y dan gen Z di angkatan saya pun masih belum berani mengalokasikan dananya karena takut kehilangan. Padahal jika tahu bagaimana cara berinvestasi dengan benar, maka nikmat di masa depan lah yang akan kita rasakan.
Dalam berinvestasi, tentunya akan ada risiko yang dialami. Namun hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan bisa dihindari atau diminimalisir. Sebagai pemula, kita perlu mengenali dan memahami profil risiko investasi agar profit bisa tercapai. Perlu diketahui juga bahwa prinsip dalam investasi adalah low risk low return and vice versa. Artinya semakin rendah risiko dari investasi maka banyaknya uang kita yang kembali juga semakin rendah. Sebaliknya jika investasi tersebut memiliki risiko yang tinggi maka biasanya keuntungan yang kita dapatkan akan semakin besar. Menurut saya pribadi, yang tergolong investasi dengan risiko rendah adalah reksadana, deposito, dan emas. Sementara yang tergolong risiko tinggi salah satunya adalah investasi dalam bentuk saham dan peer to peer landing. Lalu yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah “what kind of first investment I should make?” Dari berbagai sumber yang saya baca, salah satunya dari Kak Ika Natassa -seorang banker di salah satu bank BUMN-, beliau mengatakan bahwa kita perlu memahami kondisi keuangan terlebih dahulu sebelum memilihi mana jenis investasi yang tepat. Kondisi keuangan tersebut mengacu pada berapa jumlah saldo tabungan yang bisa kita alokasikan untuk investasi, dalam hal ini saya sebut dengan “uang selo”.
Beliau membuat 4 opsi pilihan yaitu <5 juta. 5-10 juta, 10-50 juta, dan >50 juta. Dimana untuk alokasi <5 juta dapat memilih reksadana sebagai pilihan investasi. Kenapa reksadana? Karena investasi ini termasuk low risk tetapi memiliki return yang lumayan tinggi ketimbang deposito. Bagi yang mempunyai alokasi 5-10 juta dapat memilih jenis investasi reksana dan memulai untuk mencicil emas batangan. Investasi emas baik dalam menjaga mata uang rupiah dan juga dapat digunakan untuk “pegangan” jangka panjang. Kemudian untuk yang memiliki tabungan 10-50 juta bisa mengkombinasikan investasi antara emas, reksadana, hingga deposito. Deposito yang disarankan oleh Kak Ika Natassa adalah dengan Automatic Roll Over (ARO) Nominal Bunga dimana deposito akan diperpanjang secara otomatis setiap bulan dengan bunga yang secara langsung ditambahkan ke pokok. Sementara untuk alokasi investasi >50 juta boleh mulai mencoba untuk mencicil mobil pertama ataupun mencicil rumah yang murah.
Saya pribadi belum genap setahun dalam memulai investasi. Namun saat membaca buku berjudul Happy Investing karya Jhon Veter dengan pengantar Doerachman, pada tabel perencanaan investasi di halaman 5 dijelaskan bahwa saat berusia 26 tahun kita harus mempunya investasi minimal sebesar dua puluh lima juta rupiah. Waktu itu usia saya 22 tahun dan pertanyaan “kira-kira bisa tidak ya saya mengumpulkan nominal sebanyak itu sementara saya masih kuliah profesi dan belum mempunyai penghasilan tetap” selalu bergejolak di pikiran. Alhamdulillah tepat pada usia 23 tahun lebih 6 bulan, 1 bulan setelah saya lulus dari Program Studi Profesi Apoteker, saya langsung diterima di salah satu perusahaan farmasi BUMN. Karena rejeki tersebutlah saya semakin yakin mimpi saya mengumpulkan nominal dalam buku itu bisa tercapai.
Dimulai dari melakukan “Saving 50 Salary” seperti yang telah saya jelaskan pada cerita hari pertama dan alhamdulillah sampai detik ini sudah terkumpul nominal yang melebihi target, saya mencoba memberanikan diri untuk memulai investasi dari membuka deposito. Deposito saya buka di salah satu bank swasta dengan termin satu bulan. Selama kurang lebih delapan bulan, return deposito yang didapatkan memang tidak terlalu besar bahkan dibilang sangat sedikit. Namun saya menetapkan prinsip bahwa setiap bulan saat deposito saya kembali ke rekening utama maka saya harus membukanya kembali dan menambahkan sejumlah nominal tertentu, yang kemudian akan dikunci selama satu bulan kedepan. Apa yang saya lakukan tersebut juga mengacu pada buku Happy Investing dimana setiap tahunnya para investor muda harus dapat menyisihkan minimal lima juta rupiah untuk investasi di tahun tersebut. Selain deposito, saya juga sedikit demik sedikit mengumpulkan uang per bulan untuk membeli logam mulia. Hal tersebut saya lakukan karena merasa kurang pas jika harus menyicil, alhasil saya lebih memilih untuk menyimpan uang saya hingga saatnya nanti cukup baru akan saya belikan logam mulia.
Saya ingat waktu itu Kak Ika Natassa sempat mengatakan bahwa kita harus mempunya tabungan sebesar satu tahun biaya hidup, untuk itu agar profit dari investasi semakin meningkat, saya mencoba untuk belajar trading saham. Belum terlalu besar modal rupiah yang saya pasang hingga saat ini, tetapi modal keberanian sudah saya kumpulkan sejak pertama kali mendaftar akun sekuritas. Keberanian untuk tidak takut pada rugi dan keberanian untuk selalu belajar investasi. Meskipun ada kata terlambat untuk menstruasi, tidak akan pernah ada kata terlambat untuk investasi. Mari berkomitmen untuk melakukan investasi demi nikmat di masa depan nanti.

Secuil Cerita dari Kota Senja


Hi! Seminggu kemarin aku dapat amanah buat jadi MC di Rakernas (I'll tell u later gimana persiapan dan deg2annya) tapi aku masih tetep nulis PR cuma nggak aku post aja di blog. Jadi hari ini aku bakal post cerita aku dari hari ke 4 - 9 yah. Semoga berkenan! 
PS. Ini tulisan ide lama yang aku kembangin lagi. Dulu dibantu Akre buat bikin tema ini, hehe^^

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tiada henti bibir ini mengucap syukur karena diberi kesempatan untuk menginjakkan kaki di Tanah Papua, yang katanya surga tetapi miskin perhatian, yang katanya masih Indonesia tetapi minim kepedulian.

Kaimana, tidak terbesit di pikiran akan menghabiskan dua bulan hidup saya di kota yang terkenal dengan senjanya itu. Mendengar namanya saja pun tidak pernah. Namun, kepala ini menggangguk lantang ketika Ibun –panggilan akrab kormanit KKN-PPM UGM PPB 01 yang kebetulan adalah kawan sepermainan –, mengajak saya untuk mengabdi ke negeri di bagian timur nusantara tersebut. Papua di benak saya hanya tentang koteka, sagu, honai, Raja Ampat, dan Freeport. Selebihnya? Membayangkan saja enggan.

Pendidikan dan budaya adalah senjata untuk memanusiakan manusia.
Sudah terlihat jelas bahwa Papua dan Jawa memiliki banyak perbedaan mengenai fasilitas yang didapat dari pemerintah, seperti kesehatan dan pendidikan. Meskipun sarana kesehatan di Kaimana sudah cukup memadai, kondisi wilayah yang masih terkenal dengan persebaran penyakit malaria itu mampu membuat tim kami bergidik ngeri. Belum lagi, minimnya wawasan akan pertolongan pertama pada kecelakaan, seperti luka bakar yang berubah menjadi koreng jika tidak segera diobati dan terkadang malah dicungkil-cungkil pakai golok oleh penduduk setempat, membuat saya pribadi sebagai mahasiswa fakultas kesehatan merasa iba. Anak-anak usia 5-7 tahun banyak yang nglakuin hal begituan. Budaya kecil kaya gitulah yang belum diperhatikan. Contohnya lagi buang sampah di selokan depan rumah, sanitasi ke got depan rumah, padahal got rumah itu ga ada muaranya alias cuman muter sekampung saja. Akan lebih bagus bila kita seharusnya bicara yang memberikan simpati kepada mereka, saudara kita yang berada di Papua.
Berbicara mengenai pendidikan di Papua, di Kota Kaimana sendiri pendidikan sudah sangat lumayan dibanding dengan daerah Papua yang lain, banyak beasiswa yang diberikan oleh pemerintah untuk siswa berprestasi. Misalnya temen sekelompok kita juga banyak yang dapet, tapi kebanyakan untuk beasiswa perkuliahan. Pemerintah disini mau kasih beasiswa juga kok ke beberapa anak untuk kuliah ke Jerman. Beda banget ketika kita berada di kampung, Kampung Sisir contohnya. Guru SD kadang ada yang ke kota jadi harus digabung dengan guru kelas lain, fasilitas yang kurang mendukung, metode ajar yang kurang baik, buku tulis dan buku materi dirasa sangat kurang.
Kondisi kebanyakan anak-anak disana juga emang mentalnya kurang siap bersaing, kurang siap bila ditaruh didepan umum, kurang siap jika menerima perubahan, kurang siap bila harus berusaha keras. Memang perlu peran aktif pemerintah yang ikut mendorong bagaimana pendidikan itu sangat penting bagi masyarakat. Ketimpangan pendidikan yang didapat disana juga sangat tinggi sehingga kebanyakan orang memilih untuk melanjutkan pendidikan di kota.
Di tempat tinggal kami selama di Papua tentunya kita mempunyai tetangga yang menurut kami sangat welcome kepada kami, tidak jarang anak-anak seusia SD datang ke tempat tinggal kami untuk sekedar belajar bisa mengenai pelajaran di sekolah, keterampilan, atau bercerita kepada kami. Di kompleks tempat tinggal kami ada beberapa anak yang sering bermain ke tempat kami hingga kami terasa rindu ketika mereka tidak datang baru sehari saja. Dialah Nuraisah yang sering kami sapa dengan Ica, kemudian ada Frinaldo yang dipanggil Nando, adapula Nervan adik dari Nando, kemudian Beto, Kiki, dan Iyan yang kamipun tidak tau nama panjangnya siapa. Di buku iyan hanya tertulis IYAN kemudian baris bawahnya bertuliskan SD MISI. ha ha ha
Merekalah yang memberi keceriaan kepada kami, pemberi semangat untuk terus mengabdi akibat ketimpangan di negeri ini, pemberi rasa malu atas kebersyukuran mereka, pemberi rasa iba atas apa yang mereka punya sekarang. Setiap malam kami membuka kelas untuk mereka belajar barang sebentar saja untuk memberi kebiasaan kepada mereka untuk tidak lelah menuntut ilmu. Mereka favorit sekali dengan angka jadi mereka selalu mengajak kami untuk belajar matematika dan tak lupa kami selingi dengan pelajaran Bahasa inggris atau mewarnai dan menggambar. Biasanya tiap anak punya guru favorit di kelompok kami. Seperti Nando dan Beto dengan kaka Ferica, Ica biasanya lebih fleksibel sih mau sama siapa aja karena dia masih TK jadi hanya matematika penambahan biasa, dan saya pun kebagian Iyan. Beto dan Nando sangat sering bersaing agar terlihat pintar, at least mereka berdua punya punya daya saing yang tinggi. Kalau Ica sih sering sok taunya, dan lebih senang menggambar. Kemudian kalo Iyan ini harus punya treatment khusus, harus dibujuk dulu, harus dibikin fokus dulu, harus diajarin pelan-pelan, harus disogok dulu pake gula-gula, kalau nando dan beto sudah mulai mengganggu dia belajar, mengembalikan mood dia untuk belajar kembali pun sudah susah. Iyan ini seharusnya kelas 4 SD sekelas dengan Nando dan Beto, tapi Iyan tinggal kelas 2 kali entah gara-gara malas atau apa, jadi dia sekarang Iyan duduk di bangku kelas 2 SD.
Kami memang tidak bisa langsung seperti Messiah langsung menyelamatkan mereka dari keterbatasan yang mereka miliki, bantuan kami hanya sekecil biji sawi di tanah Papua tidak berarti lebih bila perjuangkan kami yang sekecil ini hanya dianggap angin lalu dan dikesampingkan oleh kebanyakan orang. Bantulah saudara kita yang ada di Papua, bantulah mereka menerima segala fasilitas yang setara dengan yang ada di Jawa. Indonesia tanpa Papua bukanlah Indonesia. Sedangkan Papua tanpa kita takkan menjadi apa-apa. Pendidikan merupakan salah satu alternatif bagi mereka untuk mengubah hidupnya sendiri, merubah pola pikir mereka, merubah mindset orang-orang di Indonesia bagian barat bahwa anak Papua tidak bisa apa-apa menjadi anak Papua itu mutiara.

Education is the most powerful weapon which you can use to change the world –
Nelson Mandela